Daftar Isi
Pembukaan
Di masa sekarang, berkembangnya industri game menciptakan beberapa terobosan, mulai dari Virtual Reality Gaming hingga eSports. eSports atau olahraga elektronik adalah bentuk kompetisi olahraga yang menggunakan video game sebagai platform-nya. eSports sendiri memiliki berbagai cabang dengan game-nya masing-masing, seperti MOBA (multiplayer online battle arena), FPS (first-person shooter), RTS (real-time strategy), Card games, dan masih banyak lagi. Seperti olahraga pada umumnya, eSports juga butuh peralatan khusus untuk menunjang performa para pemainnya. Peralatan tersebut antara lain Mouse, Keyboard, Monitor, dan peralatan lainnya. Berikut adalah penjelasan tentang peralatan tersebut.
1. Mouse
Mouse merupakan salah satu peralatan esensial untuk eSports. Gaming Mouse pertama kali dibuat pada tahun 1999 oleh perusahaan Razer dengan nama Razer Boomslang yang diperuntukkan pada para gamer baik casual hingga hardcore pada tahun tersebut. Kata “gaming” pada produk tersebut juga didukung dengan teknologi maju pada masanya. Razer Boomslang memiliki pengaturan macro pada tombol yang bisa diatur di software Razer dan juga on-the-fly sensitivity, yaitu sensitivitas Mouse yang bisa diatur saat kalian sedang menggunakannya tanpa software. Razer Boomslang juga memiliki on-board memory sebesar 32 KB untuk menyimpan pengaturannya. Seiring berkembangnya jaman, Mouse Gaming menjadi semakin canggih.
Perusahaan-perusahaan peralatan elektronik seperti Logitech G, Steelseries, Razer, Corsair, dll pun berlomba-lomba untuk mengeluarkan produk-produk terbaik mereka. Mouse Gaming yang dikeluarkan pun macamnya beragam, mulai kelas entry-level hingga high-end.
Namanya Mouse pasti memiliki sensor, apalagi Gaming Mouse, sensor Gaming Mouse dibuat tidak main-main. Sensor Gaming Mouse dibuat dengan teknologi terbaik. Ada dua tipe sensor pada Gaming Mouse, yaitu Laser dan Optical. Sensor Laser memiliki keunggulan tracking yang presisi pada pemukaan yang kasar sekalipun. Sensor Laser juga bisa digunakan di permukaan kaca transparan dengan cara men-tracking partikel debu-debu kecil yang menempel. Kelemahan sensor Laser adalah kecepatan tracking kurang cepat dan kurang akurat pada kasus tertentu. Berbeda dengan sensor Laser, sensor Optical men-tracking permukaan dengan memantulkan sinar LED yang tidak sekuat Laser. Tetapi, akurasi sensor Optical pada permukaan mousepad tidak bisa ditandingi oleh sensor Laser. Kelemahan sensor Optical tidak bisa men-tracking permukaan kaca sebagus sensor Laser. Dari kedua jenis sensor, sensor yang sering digunakan oleh pemain profesional adalah sensor Optical yang telah terbukti akurat dan cepat.
Selain sensor, selling point Gaming Mouse lainnya adalah switch atau tombol dan berat dari Gaming Mouse. Untuk switch, teknologi yang paling canggih sekarang adalah Optical switch yang bekerja dengan cara meneruskan sinar optik untuk meng-klik tombol
Untuk berat Gaming Mouse sendiri sangat beragam dengan masing-masing fungsinya. Saat ini Gaming Mouse terberat adalah ROG Spatha seberat 183 gram dan Gaming Mouse ter-ringan adalah Xtrify M42 seberat 59 gram. Gaming Mouse berat menawarkan kontrol yang lebih presisi. Sedangkan Gaming Mouse ringan menawarkan kecepatan dalam pergerakan.
2. Keyboard
Seperti Mouse, Keyboard juga punya versi Gamingnya. Gaming Keyboard seperti keyboard pada umumnya yaitu memiliki tombol yang jika ditekan akan melakukan sebuah perintah. Tetapi, Gaming Keyboard tentu saja memiliki fitur dan performa jauh diatas keyboard biasa. Sekitar 90% Gaming Keyboard hadir dengan tipe mechanical, yaitu keyboard yang setiap tombolnya (switch) terpisah, tidak seperti keyboard membrane yang memiliki satu membran yang peka akan sentuhan, bagian membran yang tersentuh akan melakukan suatu perintah. Switch pada Mechanical Keyboard terbukti lebih responsif dan awet dibanding dengan membrane. Oleh karena itu, kebanyakan Gaming Keyboard menggunakan Switch Mechanical.
Merk Gaming Keyboard juga bermacam-macam, mulai dari Logitech G dengan Logitech G Pro X sebagai flagshipnya hingga Razer dengan Razer Huntsman sebagai flagshipnya. Masing-masing merk menawarkan selling point yang berbeda beda, Logitech G Pro X menawarkan Advanced GX Switches yang bervariasi mulai dari Blue yang bersifat Tactile Clicky, Red yang bersifat Linear, dan Brown yang bersifat Tactile Non-Clicky. Logitech G Pro X juga menawarkan penampilan yang subtle, tidak norak, dan monoton yang menandakan Keyboard ini khusus untuk gamer yang bermain serius dan minimalis. Di kubu Razer dengan Razer Huntsman-nya menawarkan Switch Optical yang dinilai lebih responsif daripada Switch Mechanical biasa. Dari segi penampilan, Razer Huntsman menampilkan kemewahan Gaming Keyboard seharga 3 juta rupiah dengan RGB Backlit yang terang dan memanjakan mata, font khas dari Razer, dan analog wheel yang bisa diatur kegunaannya.
3. Monitor
Seperti dua saudaranya diatas, Gaming monitor juga memiliki performa di atas monitor pada umumnya. Gaming Monitor menawarkan spesifikasi tinggi dengan harga yang juga tinggi. Gaming Monitor sangat bervariasi dari segi refresh-rate (75 Hz – 360 Hz), response time ( ~5 ms – ~1 ms), colour gammut (sRGB , Adobe RGB, DCI-P3, Pantone, NTSC, dll), hingga tingkat kecerahan (~300 nits – ~1500 nits). Gaming Monitor biasanya juga mendukung fitur HDR yang sangat cocok digunakan sebagai mini home theater.
Sama seperti Gaming Peripheral lainnya, merk dari Gaming Monitor juga menawarkan selling poin-nya masing-masing. Dari merk yang paling terkenal di mata para gamer adalah BenQ Zowie. Selain memiliki jajaran Gaming Mouse terbaik, BenQ Zowie yang sangat serius dengan Gaming Peripheralnya membuat ZOWIE XL2546. Gaming Monitor ini memiliki refresh-rate sebesar 240Hz (mendukung 120 Hz untuk XBOX Series X dan 120 Hz untuk PS5 pada seri XL2546K), mendukung DyAc untuk mencengah screen ghosting, response time 0,5 ms, hingga pengaturan yang bisa di-import antar Monitor Zowie lainnya. Selain Zowie, LG yang terkenal dengan panel IPS mereka, hadir dengan LG 27GN750-B yang memiliki 240 Hz refresh-rate, fitur Freesync dan G-Sync, dan memiliki input lag rendah. Input lag rendah digabung dengan 240 Hz refresh-rate menghasilkan gambar yang jernih pada gambar yang bergerak sangat cepat sekalipun.
4. Headset
Gaming Headset merupakan pelengkap Gaming Peripheral, ibarat nasi goreng dengan kerupuknya. Kalian bisa bermain game dengan speaker atau headset biasa, tetapi Gaming Headset membawa pengalaman Gaming into the next level. Biasanya, Gaming Headset membawa fitur Dolby 7.1 yang terlalu overkill untuk gaming. Oleh karena itu, para pemain profesional kebanyakan menggunakan fitur stereo saja. Walaupun hanya stereo, performa bermain game kompetitif menggunakan Gaming Headset jauh lebih maksimal tanpa gangguan detail suara yang tidak begitu berguna. Meskipun pengaturan stereo terdengar hanya dari dua arah, para pemain profesional sebenarnya bisa menangkap suara dari segala arah. Ada juga fitur HRTF (head-related transfer function). HRTF adalah algoritma khusus yang men-simulasikan dan meningkatkan positioning suara secara 360°.
Panasnya persaingan produsen Gaming Headset, menciptakan produk-produk yang sangat bagus. Dari Logitech G misalnya, Logitech G Pro X dari Logitech G merupakan produk yang dikhususkan bagi pemain profesional yang fokus dalam bermain game tanpa memikirkan gimmick berupa penampilan yang mencolok. Seperti Gaming Keyboardnya Logitech G Pro X hadir dalam satu varian warna hitam dengan aksen glossy di sampingnya. Jika dilihat, Gaming Headset ini terkesan simple, nyaman di mata, tidak norak, dan ramah. Walau terlihat seperti Headset biasa, Logitech G Pro X ini memiliki spesifikasi yang sangat tinggi, antara lain : Blue Vo!ce Mic yang sangat jernih, 50 mm drivers, DTS X 2.0, dan Professional Grade Sound Card. Headset ini dibanderol seharga $130 atau sekitar Rp. 1.900.000,00. Bagi kalian yang tidak suka penampilan monoton dari Logitech G Pro X, kalian bisa melirik brand sebelah yang tidak kalah bagus. SteelSeries Arctis 5 menawarkan spesifikasi yang hampir sekelas Logitech G Pro X tetapi dengan penampilan yang elegan. Hadirnya RGB di Headset ini menimbulkan kesan mewah tetapi sesuai harganya. SteelSeries Arctis 5 ini dibanderol seharga Rp. 1.500.000,00.
Kesimpulan
Gaming Peripheral sebenarnya hanyalah gimmick untuk meningkatkan pendapatan perusahaan. Ada banyak variasi peralatan komputer yang memiliki spesifikasi tinggi tanpa embel-embel “gaming”. Namun, gimmick “gaming” dan harga yang tinggi pada peralatan tersebut sepadan dengan apa yang kita terima sebagai konsumen. Tetapi, ada juga pihak yang menyalahgunakan embel-embel “gaming” pada produk mereka. Oknum tersebut biasanya membuat produk “gaming” dengan harga relatif mahal tetapi memiliki spesifikasi yang tidak sesuai hargannya. Oleh karena itu, selalu berhati-hatilah saat berbelanja. Baik itu berbelanja Gaming Peripheral ataupun barang-barang lainnya.